DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Sujoko
Tempat/Tanggal
Lahir :
Bandung, 02 September 1936
Agama
: Islam
Alamat
Rumah : Jalan Gegerkalong
Lebak Raya
No. 33RT. 03/RW. 08,
Kel. Gegerkalong, Kec. Sukasari,
Kota Bandung
Nomor
Kontak : Hp 087825322545
I.
PENDIDIKAN
1) 1957 : SMA Negeri Bagian B
2) 1959 : Kursus Jabatan Pembantu Akuntan
3) 1959 : Bond A dan B Tatabuku
4) 1962 : Administrasi Perusahaan
Modern/APM (tidak berijasah)
5) 1968 : Sarjana Muda Sospol Niaga Univ.
Pasundan (Ujian Negara)
6) 1971 : Ekonomi Perusahaan – Univ.
Pasundan (s.d Tingkat V)
7) 1976 : Sarjana Administrasi Negara
– Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi-Lembaga Administrasi Negara – Kampus
Bandung (berijasah)
8) 1980 : Kursus Decision Making &
Problem Solving – LAN
9) - : Kursus Kehumasan (Kerjasama
Departemen Perindustrian dan Departemen Penerangan)
10)
- : Penataran P4 –
Provinsi Jawa Barat – Angkatan 38
- Penyaji Makalah Kelompok
-
Penyaji Makalah Kelas (P4)
-
Ketua Tim Perumus Makalah Angkatan 38.
II.
PEKERJAAN
1) 1957
– 1958 : Djawatan Perairan (Pegawai
Harian)
2) 1958
– 1961 : Djawatan Kereta Api (DKA)
3) 1961
– 1964 : Kantor Akuntan Drs. Sudomo, Ak.,
Drs. Sukarman, Ak.,
Drs. Hasan Mustafa, Ak. – Jakarta.
4) 1964
– 1992 : Departemen Perindustrian (s.d
pensiun) :
(1) 1964 – 1967 : Perusahaan Negara Pelakasana
Proyek-Proyek Industri Dasar (PN. Peprida):
a) Kepala
Keuangan dan Administrasi (KKA) pada unit Operasi
Bandung: Membangun Proyek Pilot Rayon (yang kemudian
terakhir menjadi Balai Besar Pulp dan Kertas, BBPK).
b) Ketua
Persatuan Karyawan Unit PN. Peprida.
(2) 1967 – 1979 : Proyek Pilot Rayon + Lembaga
Penelitian Selulosa
-1967 : Ditarik dari PN. Peprida oleh Kepala Proyek Pilot Rayon untuk bekerja di Proyek pada saat proyek
mendekati penyelesaian, dengan tugas khusus:
a) Mambantu
Kepala Proyek Menyusun Laporan Akhir Pembangunan
b) Menyusun
“Accounting System” Lembaga Penelitian Selulosa yang waktu itu akan dijadikan
Perusahaan Jawatan (Perjan)
- 1968-1971:
Kepala Bagian Pembukuan – Lembaga Penelitian Selulosa
- 1971-1975
: Asisten Kepala Biro Keuangan dan Administrasi (Asisten Ka. BKA), dengan tugas:
a) Membantu
Ka. BKA menyusun dan membina SOP (Standard
Operational Procedure) – Lembaga Penelitian Selulosa
b) Merangkap
jabatan Kepala Bagian Umum, karena Kepala Bagian Umum pindah ke Pabrik Kertas Basuki Rachmat
(1974/1975)
c) Merangkap jabatan Kepala Bagian
Personalia, karena Kepala Bagian Personalia meninggal dunia (1974/1975)
d) Ketua
Tim Inventarisasi Kekayaan – Lembaga Penelitian Selulosa
e) Ketua Tim Evaluasi Kekayaan – Lembaga
Penelitian Selulosa.
- 1975-1979 : Care-taker (lokal) Kepala Biro Keuangan dan Administrasi (Ka. BKA) karena Ka. BKA (Drs. Hendarlin
Hendamiharja) ditugaskan di PT.
Pupuk Kujang.
Selaku care-taker Ka. BKA bertugas:
a) Mengkoordinasi
dan membina:
-
Bagian Personalia
-
Bagian Keuangan
-
Bagian Pembukuan
-
Bagian Umum
-
Bagian Komersial
Dan bertanggung jawab langsung kepada
Kepala Lembaga Penelitian Selulosa
b)Langsung
membantu/mewakili Kepala Lembaga Penelitian Selulosa dalam menyusun dan membahas
Anggaran dengan pihak Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dan Departemen Keuangan
c)Menyusun
makalah “Masalah Pengusulan Pegawai Lokal – Lembaga Penelitian Selulosa Menjadi
Pegawai Negeri”
d)Langsung
membantu Kepala Lembaga Penelitian Selulosa dalam menyelesaikan masalah
pengangkatan secara masal pegawai lokal Lembaga Penelitian
Selulosa dengan pihak Biro Kepegawaian dan Badan Administrasi
Kepegawaian Negara (BAKN) sebanyak 240 orang
(3) 1979-1984
: Balai Besar Peneltian dan Pengembangan Industri Selulosa (status Balai Besar ditetapkan dengan
Keputusan Presiden pada tahun 1979).
a) Sebagai
Kepala Sub Bagian Umum (1979-1984)
b) Di
samping jabatan structural tersebut, mendapat tugas-tugas khusus sebagai
berikut:
1. Atasan
Langsung Bendaharawan Proyek (1980/1981 s.d 1983/1984)
2. Atasan
Langsung Bendaharawan Rutin dan Non Tax (1984/1985)
4. Sekretaris
Badan Perencana Pembangunan Gedung Pulp
Cement Board (PCB)
5. Ketua
Panitia Lelang Pembangunan Gedung Pulp
Cement Board (PCB)
6. Sekretaris
Tim SOP (Standard Operational Procedure)
(1980 s.d 1985)
7. Anggota
Tim Screening (1980 s.d 1985)
8. Ketua
Tim Penyusunan Materi Informasi Balai Besar Selulosa
9. Membantu
Pimpinan Proyek sebagai Pengelola Administrasi Proyek dalam pembangunan Gedung
Laboratorium Tahap I, II, III
10.Sekretaris Panitia Negosiasi dan Evaluasi
Penawaran dalam Pembangunan Gedung Laboratorium Tahap I (Prosedur Penunjukan
Langsung, Surat Keputusan Menteri)
11.Ketua
Panitia Negosiasi dan Evaluasi Penawaran dalam Pembangunan Gedung Laboratorium
Tahap II (Prosedur Penunjukan Langsung, Surat Keputusan Menteri)
12.Ketua Panitia Lelang dalam Pembangunan Gedung
Laboratorium Tahap III
13. Langsung membantu Kepala Balai Besar Selulosa
dan Pimpinan Proyek dalam pelaksanaan proses ruilslag tanah Balai Besar Selulosa dengan tana TNI-AD cq. Kodam
III Siliwangi, termasuk pembebasan tanah rakyat melalui proses ganti – rugi
(1980/1981 s.d 1984/1985).
(4) 1985-1990: Kepala Bagian Tata Usaha
a.Tugas rutin : Mengkoordinasi 5 Sub Bagian
b.Tugas fungsional :
1) Atasan
Langsung Bendaharawan Rutin
2) Ketua
Panitia Pembelian
3) Ketua
Tim Tender Bantuan Bank Dunia (Industrial
Restructuring Project). 1991/1992
Pensiun Tahun 1992 pada Pangkat/
Golongan : IV/b
III.
TUGAS-TUGAS
DI LUAR KEDINASAN DALAM LINGKUNGAN LEMBAGA PENELITIAN SELULOSA/BALAI BESAR
SELULOSA:
1)
Ketua TPS – LPS dalam Pemilu 1971
2)
Ketua Pengawas Koperasi (1971 s.d. 1991)
3) Sekretaris KORPRI Lembaga Penelitian
Selulosa/Balai Besar Selulosa (1974 s.d Agustus 1984)
4)
Ketua KORPRI Balai Besar Selulosa (1984
s.d. 1991)
5)
Ketua Yayasan Pendidikan Bhakti Industri
(1986 s.d. 2011)
6) Anggota Badan Pendiri Yayasan Pendidikan
Teknologi Pulp dan Kertas Indonesia (1992 s.d. 1997)
7) Wakil Ketua Yayasan Pendidikan Teknologi
Pulp dan Kertas Indonesia (1992 s.d. 1997)
8)
Kepala Sekolah Teknologi Pulp dan Kertas
(1986 s.d. 2001)
9) Wakil Direktur Akademi Teknologi Pulp
dan Kertas (1992 s.d. Mei 2004)
10)Dosen Pancasila pada Akademi Teknologi
Pulp dan Kertas (1992 s.d. 2008)
11)Ketua Ikatan Kekeluargaan Pensiunan
Pegawai Balai Besar Selulosa/Balai Besar Pulp dan Kertas (1998 s.d. Mei 2004)
12)
Pembina Buletin Warta Purna Bhakti
Sejahtera (khusus untuk Pensiunan Pegawai
Balai Besar Selulosa/Balai Besar Pulp dan Kertas)
13)
Pengelola Rubrik Kerohanian Buletin
Warta Purna Bhakti Sejahtera
14) Ketua Panitia Pembangunan Mesjid Baatsul
Ulum – Balai Besar Selulosa
15) Penasihat DKM Mesjid Baatsul Ulum –
Balai Besar Selulosa
16)Ketua Pengurus Yayasan Selulosa
Indonesia Badan Hukum Penyelenggara Akademi
Teknologi Pulp dan Kertas
IV. TUGAS-TUGAS
PENGABDIAN MASYARAKAT, KHUSUSNYA DALAM DUNIA PENDIDIKAN DAN SOSIAL KEAGAMAAN:
(sore hari atau hari
kerja dengan izin khusus)
1) Dosen Tidak Tetap pada Sekolah Tinggi
Ilmu Administrasi – Lembaga Administrasi Negara Kampus Bandung (1977 s.d. 1990)
untuk mata kuliah:
-
Administrasi Materiil pada tingkat
Akademi (1977 s.d. 1985)
-
Sistem Penganggaran pada tingkat
Doktoral (1980 s.d. 1990)
2) Membantu Lembaga Administrasi Negara
untuk memberikan kuliah Administrasi Materiil pada Kursus-kursus Penjenjangan
Pegawai Negeri SEPADA, SEPALA, SEPADYA (1978 s.d. 1989),
yang diselenggarakan
oleh:
(1)
Departemen Pertanian (BLPT – Lembang)
(2)
Departemen Agama (Kantor Wilayah Provinsi Jawa
Barat)
(3)
Perusahaan Jawatan Kereta Api (Pusdiklat
Bandung)
(4)
Perusahaan Umum Telekomunikasi (Pusdiklat
Bandung)
(5)
Perusahaan Umum Pos dan Giro (Pusdiklat
Bandung)
(6)
Departemen Pertambangan (Pusdiklat PPTM
Bandung)
(7)
Karyawan TVRI (di LAN Bandung)
(8)
Departemen Transmigrasi (di Bandung)
(9)
Badan Urusan Logistik
(10)Penataran para Camat Pemda Bandung
3) Ketua Seksi Bina Profesi dalam
Kepengurusan Ikatan Alumni Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi – Lembaga
Administrasi Negara RI. Daerah Jawa Barat (1984 s.d. 1987)
4)
Menulis Buku:
(1)
Materials
Management (untuk bidang Niaga)
(3)
Administrasi – Management (perbandingan)
(4)
Menuju Kejayaan Indonesia versi Lengkap (Tahun
2002)
(5)
Menuju Kejayaan Indonesia versi Intisari
(Tahun 2003)
(6)
Menuju Kejayaan Indonesia versi Saripati
(Tahun 2008)
5) Ketua Pembina Yayasan Al-Arief Lil
Ummah, Mesjid Al Arief, Jalan Gagak – Bandung
6) Penasihat Panitia Pembangunan Mesjid
Baitul Huda, Gegerkalong – Bandung
7)
Penasihat DKM Mesjid Baitul Huda,
Gegerkalong – Bandung
V.
HOBBY
Mambaca, terutama yang
berkaitan dengan politik, sosial, ekonomi, budaya dan keagamaan
VI.
KELUARGA
(1)
Isteri
: Ny. Hj. Etty
Supiah
Pekerjaan :
Pensiunan DKA (1997)
(2)
Anak :
5 (lima) orang
(3)
Cucu :11
(sebelas) orang
HIKMAH
Dari
Daftar Riwayat Hidup di atas, terlihat bahwa saya super sibuk sejak muda. Saya
nyaris tidak punya waktu untuk main/rekreasi. Karenanya hubungan keakraban
dengan keluarga tidak begitu intens.
Hari-hari sibuk bekerja, mula-mula di Kantor Akuntan, berikutnya di PN.
Peprida, kemudian di Proyek Pilot Rayon, dan sore harinya menyambi kuliah
(Unpas, STIA-LAN).
Selanjutnya
setelah lulus STIA-LAN (tahun 1976), satu tahun kemudian saya mengajar di
STIA-LAN dan berbagai Diklat dari berbagai Departemen sambil menekuni hobi
membaca.
Sebagai
seorang Muslim, saya baru bisa melaksanakan Ibadah Haji pada tahun 1995, saat
saya telah pensiun (1992) dan saat anak bungsu saya selesai kuliah.
Bapak
saya (Bapak Sastrodihardjo), orang Yogyakarta. Sejak muda Beliau mengembara di
Bandung. Semula (zaman Belanda), Beliau bekerja sebagai Juru Gambar (tekenaar) di suatu perusahaan swasta.
Dan karena bentrok dengan majikannya (orang Belanda), Bapak saya keluar dari
pekerjaannya, dan selanjutnya memilih bertani.
Saya
anak bungsu dari 4 (empat) orang
bersaudara, tetapi sejak usia 5 (lima)
tahun (pada tahun 1941), saya hidup bersama paman saya (suami dari bibi saya :
Bapak Kartowidjojo). Beliau tidak dikaruniai putera. Karenanya Beliau
mengangkat saya sebagai anaknya. Beliau bekerja sebagai Anggota Polisi sampai
dengan pensiun tahun 1954 dengan pangkat Ajun Inspektur.
Beliau meninggal
tahun 1959 saat saya mengikuti pendidikan Asisten Akuntan (tugas belajar dari
Djawatan Kereta Api – DKA).
Beberapa
bulan setelah Proklamasi Kemerdekaan (saat usia saya 9 tahun, kelas 2 SD), saat
Belanda kembali menduduki Kota Bandung, Bapak sekeluarga memilih mengungsi
(evakuasi) ke Kutoarjo, kota kelahiran Bapak.
Tahun 1945/1946,
kami tinggal di Gombong karena Bapak bergabung/menjadi Anggota Badan Perjuangan
Republik Indonesia (BPRI), dan tahun 1946/1947 kami tinggal di Purwakerto
karena Bapak diterima bekerja sebagai Anggota Polisi Tentara Republik Indonesia
(PT-RI) dengan pangkat Sersan. Bapak ditempatkan sebagai Anggota Intel Polisi
Tentara di Markas Batalyon Purwokerto di bawah pimpinan (Dan-Yon) Bapak Mayor
Warsito.
Saat
Purwokerto diserang oleh Tentara Belanda, kami meninggalkan Purwokerto melalui
jalan darat/dengan berjalan kaki menuju Kota Karanganyar yang belum diduduki
Tentara Belanda. Perjalanan dari Purwokerto menuju Karanganyar dilakukan dengan
sembunyi-sembunyi melalui daerah yang sudah dikuasai Belanda. Perjalanan kami
kadang-kadang siang, kadang-kadang malam, kadang-kadang menginap dahulu di
rumah penduduk. Rute yang dilalui adalah Purwokerto – Kalibagor (melewati
perkam-pungan), menuju Sempor (melewati hutan), menuju Puring (melewati
perkampungan, malam hari melintasi Kota Gombong). Beberapa hari bersembunyi di
rumah penduduk di Puring. Suatu malam berangkat menuju Karanganyar
(sembunyi-sembunyi). Akhirnya dari Karanganyar yang masih dikuasai oleh
Pemerintah Republik Indonesia, melanjutkan perjalanan menuju Yogyakarta dengan
Kereta Api.
Setelah
beberapa hari di Yogyakarta, kami berangkat lagi mengikuti Bapak yang akan
bertugas di Banjarnegara, ibu kota Kabupaten Banjarnegara yang masih dikuasai
Pemerintah RI. Di Banjarnegara Bapak ditempatkan di Markas
Batalyon dibawah pimpinan (Dan Yon) Bapak Mayor MJ. Prayoga.
Kota
Banjarnegara merupakan daerah demarkasi yang berbatasan langsung dengan daerah
yang sudah diduduki Tentara Belanda (kota kecil Mantrianom). Kurang lebih satu
tahun kemudian, Banjarnegara diserang Belanda. Kami tinggalkan kota ini menuju
Karanganyar (lagi) yang saat itu juga masih bebas/belum diduduki Tentara
Belanda.
Perjalanan
Banjarnegara – Karanganyar dilalui dengan berjalan kaki seharian penuh dari
waktu Subuh hingga menjelang saat Maghrib menyeberangi kali Luk Ulo beberapa
kali karena sungainya berliku-liku. Saat itu saya berusia 9 tahun. Esok
harinya, dari Karanganyar kami berangkat menuju Yogyakarta dengan menumpang
Kereta Api. Dan akhirnya setelah ada pengakuan atas kemerdekaan Indonesia oleh
pihak Belanda dan dunia internasional, maka Bapak sekeluarga kembali ke Bandung
(sekitar tahun 1950).
Selain
pengalaman masa kecil yang cukup panjang, yang menyiratkan adanya nuansa dan
semangat perjuangan, ada 3 (tiga)
peristiwa yang cukup penting, yang melengkapi/memperkaya pengalaman itu.
Pertama, saat berada di
Purwokerto (kelas 2 SD), saya sempat ikut berdesakan untuk mendapatkan tempat
strategis di depan panggung dalam suatu “rapat raksasa” untuk menyambut dan
mendengarkan pidato Bung Karno yang berapi-api membakar semangat-juang rakyat
menghadapi Tentara Belanda.
Di sela-sela
pidatonya, Bung Karno menyampaikan rasa syukur dan gembiranya menyambut
kelahiran puteri pertamanya yang diberinya nama Megawati Soekarno-puteri.
Kedua, saat saya berada di
Banjarnegara, saya (kelas 4 SD) juga ikut berdesak-desakan mencari tempat
strategis di depan panggung dalam suatu “rapat raksasa” mendengarkan pidato 3 (tiga) orang tokoh nasional : Bung Hatta,
Bung Sahrir, dan Bung Natsir. Saya sangat antusias dan menikmati pidato politik
para tokoh puncak dari negara kita yang kala itu masih muda-muda.
Yang dibahas
antara lain yang utama mengenai pemberontakan PKI (Partai Komunis Indonesia) di
Madiun yang waktu itu baru saja berhasil ditumpas.
Ketiga, saat saya masih berada di
Banjarnegara itu pula, pada suatu hari saya membolos tidak masuk sekolah. Saya
sendirian pergi ke Stasiun Kerata Api Banjarnegara karena ingin ikut
menyaksikan kedatangan Panglima Besar Jenderal Sudirman. Saya sempat
menyaksikan dari jarak sangat dekat. Beliau memeriksa barisan kehormatan.
Mengenakan pakaian sangat sederhana, tanpa tanda jasa dan tanda kebesaran.
Kendati terlihat kurus, Beliau berjalan tegap dengan sorot mata yang tajam
memeriksa satu persatu anggota barisan kehormatan yang menyambutnya segera
setelah Beliau turun dari Kereta Api.
Kehadirannya
(kalau tidak salah) dimaksudkan untuk menyaksikan keadaan tawanan PKI (yang jumlahnya sangat banyak, dibariskan
di Alun-alun Banjarnegara). Saya sendiri ikut menyaksikan karena sekolah tempat
saya belajar berlokasi di Kompleks Kantor Kabupaten Banjarnegara. Yang menjabat Bupati saat itu adalah Bapak
Sumitro Kolopaking.
Demikianlah
pengalaman masa kecil saya diliputi semangat dan nuansa perjuangan. Pengalaman
sebagai anak intel dalam upaya menghindari kejaran Tentara Belanda yang telah
memaksa menapaki hutan belukar dan naik-turun gunung, telah membuat diri ini
menjadi kuat dan tegar. Bersamaan dengan itu, ini berarti, alhamdulillah secara
kejiwaan, alam bawah sadar saya sempat menyerap berbagai informasi dari “hutan
belantara” perpolitikan Indonesia pada masa-masa awal kemerdekaan itu. Kondisi
itu telah menuntun saya kepada kemampuan menengarai berbagai pemahaman dan
amalan politik bangsa, mana yang asli dan mana yang asing, mana yang masih
murni dan mana yang sudah tercemar.
Dan pengalaman
masa kecil seperti itulah yang kemudian menjelang masa remaja dan seterusnya saat
dewasa, memotivasi saya untuk terus-menerus menjadi pemerhati kehidupan
perpolitikan Indonesia.
Dan akhirnya,
dengan pertolongan Allah SWT, kemampuan itu telah bermuara kepada hadirnya buku
berjudul “Menuju Kejayaan Indonesia” (versi
lengkap, versi Intisari, dan versi Saripati) yang sebenarnya sangat
fundamental dan monumental bagi Bangsa Indonesia. Namun sayang, setelah 12
tahun berlalu (2002-2014) karena kenetralannya dalam bersikap telah terpaksa
mengkritisi semua pihak yang dinilai bermasalah, baik Orde Lama, Orde Baru,
maupun “Orde Reformasi”. Kondisi buku seperti itu telah membuat elite politik pendukung ketiga orde itu tidak nyaman
terhadap kehadiran buku MKI tersebut. Karenanya mereka cenderung “cuek”, tidak bereaksi. Mereka memilih
terus “berjuang” dalam perebutan kekuasaan yang sudah menjadi lazim berlangsung
tanpa etika politik dan tanpa moral politik.
Dalam
perkembangannya, kondisi politik terus memburuk dan mencapai klimaksnya pada
Pilpres (Pemilihan Presiden) 2014 yang lalu. Pilpres langsung oleh rakyat yang
hasilnya membuyarkan harapan semua warga
bangsa akan hadirnya pemerintahan yang bersih, kuat dan berwibawa.
Dalam
kondisi perpolitikan seperti itu, kini tiba saat yang sangat kondusif bagi buku
berjudul “Menuju Kejayaan Indonesia” untuk “go-public”
lewat internet, akun blog :
menujukejayaanindonesia.blogspot.com
Rupanya
pertolongan Allah SWT telah tiba. Secara bertahap, Ruh dan Jiwa Pancasila akan
hadir kembali menyelinap ke dalam dan menetap di dalam relung hati setiap warga
bangsa yang merindukannya. Dan kita semua akan mampu memahami Pancasila dan
Demokrasi Indonesia secara benar. Inilah jalan lurus menuju Kejayaan Indonesia,
Insya Allah.
Semoga
lindungan Allah SWT. melindungi kita seluruh warga Bangsa Indonesia, Amiin.
Bandung, 25
Februari 2015
Sujoko
Tidak ada komentar:
Posting Komentar