Total Tayangan Halaman

Senin, 13 April 2015

DAFTAR RIWAYAT HIDUP








DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama                             : Sujoko                                                 
Tempat/Tanggal Lahir   : Bandung, 02 September 1936
Agama                           : Islam
Alamat Rumah              : Jalan Gegerkalong Lebak Raya
                                        No. 33RT. 03/RW. 08,
                                        Kel. Gegerkalong,  Kec. Sukasari,
                                        Kota Bandung
Nomor Kontak              : Hp 087825322545

I.                       PENDIDIKAN

1)    1957 : SMA Negeri Bagian B
2)    1959 : Kursus Jabatan Pembantu Akuntan
3)    1959 : Bond A dan B Tatabuku
4)    1962 : Administrasi Perusahaan Modern/APM (tidak berijasah)
5)    1968 : Sarjana Muda Sospol Niaga Univ. Pasundan (Ujian Negara)
6)    1971 : Ekonomi Perusahaan – Univ. Pasundan (s.d Tingkat V)
7)  1976 : Sarjana Administrasi Negara – Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi-Lembaga Administrasi Negara – Kampus Bandung (berijasah)
8)    1980 : Kursus Decision Making & Problem Solving – LAN
9) -    : Kursus Kehumasan (Kerjasama Departemen Perindustrian dan Departemen Penerangan) 
10)       ­ ­-     : Penataran P4 – Provinsi Jawa Barat – Angkatan 38 
                 -         Penyaji Makalah Kelompok 
                 -         Penyaji Makalah Kelas (P4) 
                             -         Ketua Tim Perumus Makalah Angkatan 38.

II.                PEKERJAAN

1)    1957 – 1958 : Djawatan Perairan (Pegawai Harian)
2)    1958 – 1961 : Djawatan Kereta Api (DKA)
3)    1961 – 1964 : Kantor Akuntan Drs. Sudomo, Ak., Drs. Sukarman, Ak.,
                        Drs. Hasan Mustafa, Ak. – Jakarta.
4)    1964 – 1992  : Departemen Perindustrian (s.d pensiun) :

(1)  1964 – 1967 : Perusahaan Negara Pelakasana Proyek-Proyek Industri Dasar (PN. Peprida):
a)    Kepala Keuangan dan Administrasi (KKA) pada unit Operasi Bandung: Membangun Proyek Pilot Rayon (yang kemudian terakhir menjadi Balai Besar Pulp dan Kertas, BBPK).
b)    Ketua Persatuan Karyawan Unit PN. Peprida.
   
(2)  1967 – 1979 : Proyek Pilot Rayon + Lembaga Penelitian Selulosa

-1967        : Ditarik dari PN. Peprida oleh Kepala Proyek Pilot Rayon untuk bekerja di Proyek pada saat proyek mendekati penyelesaian, dengan tugas khusus:
a)     Mambantu Kepala Proyek Menyusun Laporan Akhir Pembangunan
b) Menyusun “Accounting System” Lembaga Penelitian Selulosa yang waktu itu akan dijadikan Perusahaan Jawatan (Perjan)
-     1968-1971: Kepala Bagian Pembukuan – Lembaga Penelitian Selulosa
-    1971-1975 : Asisten Kepala Biro Keuangan dan Administrasi (Asisten Ka. BKA), dengan tugas:
a)  Membantu Ka. BKA menyusun dan membina SOP (Standard Operational Procedure) – Lembaga Penelitian Selulosa
b)  Merangkap jabatan Kepala Bagian Umum, karena Kepala Bagian Umum  pindah ke Pabrik Kertas Basuki Rachmat (1974/1975)
c)     Merangkap jabatan Kepala Bagian Personalia, karena Kepala Bagian Personalia meninggal dunia (1974/1975)
d) Ketua Tim Inventarisasi Kekayaan – Lembaga Penelitian Selulosa
e)    Ketua Tim Evaluasi Kekayaan – Lembaga Penelitian Selulosa.
-   1975-1979 : Care-taker (lokal) Kepala Biro Keuangan dan Administrasi (Ka. BKA) karena Ka. BKA (Drs. Hendarlin Hendamiharja) ditugaskan di PT. Pupuk Kujang.
                    Selaku care-taker Ka. BKA bertugas:
a)    Mengkoordinasi dan membina:
-         Bagian Personalia
-         Bagian Keuangan
-         Bagian Pembukuan
-         Bagian Umum
-         Bagian Komersial
Dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Lembaga Penelitian Selulosa
b)Langsung membantu/mewakili Kepala Lembaga Penelitian Selulosa dalam menyusun dan membahas Anggaran dengan pihak Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dan Departemen Keuangan
c)Menyusun makalah “Masalah Pengusulan Pegawai Lokal – Lembaga Penelitian Selulosa Menjadi Pegawai Negeri”
d)Langsung membantu Kepala Lembaga Penelitian Selulosa dalam menyelesaikan masalah pengangkatan secara masal pegawai lokal Lembaga Penelitian Selulosa dengan pihak Biro Kepegawaian dan Badan Administrasi Kepegawaian Negara (BAKN) sebanyak 240 orang
(3) 1979-1984 : Balai Besar Peneltian dan Pengembangan Industri Selulosa (status Balai Besar ditetapkan dengan Keputusan Presiden  pada tahun 1979).
a)     Sebagai Kepala Sub Bagian Umum (1979-1984)
b) Di samping jabatan structural tersebut, mendapat tugas-tugas khusus sebagai berikut:
1. Atasan Langsung Bendaharawan Proyek (1980/1981 s.d 1983/1984)
2. Atasan Langsung Bendaharawan Rutin dan Non Tax (1984/1985)
3. Sekretaris Panitia Pembelian (1979/1980 s.d 1984/1985)
4. Sekretaris Badan Perencana Pembangunan Gedung Pulp Cement Board (PCB)
5. Ketua Panitia Lelang Pembangunan Gedung Pulp Cement Board (PCB)
6.     Sekretaris Tim SOP (Standard Operational Procedure) (1980 s.d 1985)
7.     Anggota Tim Screening (1980 s.d 1985)
8.   Ketua Tim Penyusunan Materi Informasi Balai Besar Selulosa
9. Membantu Pimpinan Proyek sebagai Pengelola Administrasi Proyek dalam pembangunan Gedung Laboratorium Tahap I, II, III
10.Sekretaris Panitia Negosiasi dan Evaluasi Penawaran dalam Pembangunan Gedung Laboratorium Tahap I (Prosedur Penunjukan Langsung, Surat Keputusan Menteri)
11.Ketua Panitia Negosiasi dan Evaluasi Penawaran dalam Pembangunan Gedung Laboratorium Tahap II (Prosedur Penunjukan Langsung, Surat Keputusan Menteri)
12.Ketua Panitia Lelang dalam Pembangunan Gedung Laboratorium Tahap III
13. Langsung membantu Kepala Balai Besar Selulosa dan Pimpinan Proyek dalam pelaksanaan proses ruilslag tanah Balai Besar Selulosa dengan tana TNI-AD cq. Kodam III Siliwangi, termasuk pembebasan tanah rakyat melalui proses ganti – rugi (1980/1981 s.d 1984/1985).

(4)  1985-1990: Kepala Bagian Tata Usaha
a.Tugas rutin           : Mengkoordinasi 5 Sub Bagian
b.Tugas fungsional  :
1)    Atasan Langsung Bendaharawan Rutin
2)    Ketua Panitia Pembelian
3)    Ketua Tim Tender Bantuan Bank Dunia (Industrial Restructuring Project). 1991/1992
Pensiun Tahun 1992 pada Pangkat/ Golongan : IV/b

III.           TUGAS-TUGAS DI LUAR KEDINASAN DALAM LINGKUNGAN LEMBAGA PENELITIAN SELULOSA/BALAI BESAR SELULOSA:

1)    Ketua TPS – LPS dalam Pemilu 1971
2)    Ketua Pengawas Koperasi (1971 s.d. 1991)
3) Sekretaris KORPRI Lembaga Penelitian Selulosa/Balai Besar Selulosa (1974 s.d Agustus 1984)
4)    Ketua KORPRI Balai Besar Selulosa (1984 s.d. 1991)
5)    Ketua Yayasan Pendidikan Bhakti Industri (1986 s.d. 2011)
6)  Anggota Badan Pendiri Yayasan Pendidikan Teknologi Pulp dan Kertas Indonesia (1992 s.d. 1997)
7) Wakil Ketua Yayasan Pendidikan Teknologi Pulp dan Kertas Indonesia (1992 s.d. 1997)
8)    Kepala Sekolah Teknologi Pulp dan Kertas (1986 s.d. 2001)
9)   Wakil Direktur Akademi Teknologi Pulp dan Kertas (1992 s.d. Mei 2004)
10)Dosen Pancasila pada Akademi Teknologi Pulp dan Kertas (1992 s.d. 2008)
11)Ketua Ikatan Kekeluargaan Pensiunan Pegawai Balai Besar Selulosa/Balai      Besar Pulp dan Kertas (1998 s.d. Mei 2004)
12) Pembina Buletin Warta Purna Bhakti Sejahtera (khusus untuk Pensiunan   Pegawai Balai Besar Selulosa/Balai Besar Pulp dan Kertas)
13) Pengelola Rubrik Kerohanian Buletin Warta Purna Bhakti Sejahtera
14) Ketua Panitia Pembangunan Mesjid Baatsul Ulum – Balai Besar Selulosa
15) Penasihat DKM Mesjid Baatsul Ulum – Balai Besar Selulosa
16)Ketua Pengurus Yayasan Selulosa Indonesia Badan Hukum Penyelenggara   Akademi Teknologi Pulp dan Kertas 

IV.   TUGAS-TUGAS PENGABDIAN MASYARAKAT, KHUSUSNYA DALAM DUNIA PENDIDIKAN DAN SOSIAL KEAGAMAAN:
(sore hari atau hari kerja dengan izin khusus)

1)  Dosen Tidak Tetap pada Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi – Lembaga Administrasi Negara Kampus Bandung (1977 s.d. 1990)
untuk mata kuliah:
-         Administrasi Materiil pada tingkat Akademi (1977 s.d. 1985)
-         Sistem Penganggaran pada tingkat Doktoral (1980 s.d. 1990)

2) Membantu Lembaga Administrasi Negara untuk memberikan kuliah Administrasi Materiil pada Kursus-kursus Penjenjangan Pegawai Negeri SEPADA, SEPALA, SEPADYA (1978 s.d. 1989),
yang diselenggarakan oleh:
(1)  Departemen Pertanian (BLPT – Lembang)
(2)  Departemen Agama (Kantor Wilayah Provinsi Jawa Barat)
(3)  Perusahaan Jawatan Kereta Api (Pusdiklat Bandung)
(4)  Perusahaan Umum Telekomunikasi (Pusdiklat Bandung)
(5)  Perusahaan Umum Pos dan Giro (Pusdiklat Bandung)
(6)  Departemen Pertambangan (Pusdiklat PPTM Bandung)
(7)  Karyawan TVRI (di LAN Bandung)
(8)  Departemen Transmigrasi (di Bandung)
(9)  Badan Urusan Logistik
(10)Penataran para Camat Pemda Bandung 

3)  Ketua Seksi Bina Profesi dalam Kepengurusan Ikatan Alumni Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi – Lembaga Administrasi Negara RI. Daerah Jawa Barat (1984 s.d. 1987)

4)    Menulis Buku:
(1)  Materials Management (untuk bidang Niaga)
(2)  Administrasi Materiil (untuk bidang Negara)
(3)  Administrasi – Management (perbandingan)
(4)  Menuju Kejayaan Indonesia versi Lengkap (Tahun 2002)
(5)  Menuju Kejayaan Indonesia versi Intisari (Tahun 2003)
(6)  Menuju Kejayaan Indonesia versi Saripati (Tahun 2008)

5) Ketua Pembina Yayasan Al-Arief Lil Ummah, Mesjid Al Arief, Jalan Gagak – Bandung
6) Penasihat Panitia Pembangunan Mesjid Baitul Huda, Gegerkalong – Bandung
7)    Penasihat DKM Mesjid Baitul Huda, Gegerkalong – Bandung

V.               HOBBY
Mambaca, terutama yang berkaitan dengan politik, sosial, ekonomi, budaya dan keagamaan

VI.           KELUARGA

(1)  Isteri               : Ny. Hj. Etty  Supiah
 Lahir                   : 18 Oktober 1941
 Pekerjaan            : Pensiunan DKA (1997)

(2)  Anak               : 5 (lima) orang

(3)  Cucu               :11 (sebelas) orang



HIKMAH
Dari Daftar Riwayat Hidup di atas, terlihat bahwa saya super sibuk sejak muda. Saya nyaris tidak punya waktu untuk main/rekreasi. Karenanya hubungan keakraban dengan keluarga tidak begitu intens. Hari-hari sibuk bekerja, mula-mula di Kantor Akuntan, berikutnya di PN. Peprida, kemudian di Proyek Pilot Rayon, dan sore harinya menyambi kuliah (Unpas, STIA-LAN).
Selanjutnya setelah lulus STIA-LAN (tahun 1976), satu tahun kemudian saya mengajar di STIA-LAN dan berbagai Diklat dari berbagai Departemen sambil menekuni hobi membaca.
Sebagai seorang Muslim, saya baru bisa melaksanakan Ibadah Haji pada tahun 1995, saat saya telah pensiun (1992) dan saat anak bungsu saya selesai kuliah.
Bapak saya (Bapak Sastrodihardjo), orang Yogyakarta. Sejak muda Beliau mengembara di Bandung. Semula (zaman Belanda), Beliau bekerja sebagai Juru Gambar (tekenaar) di suatu perusahaan swasta. Dan karena bentrok dengan majikannya (orang Belanda), Bapak saya keluar dari pekerjaannya, dan selanjutnya memilih bertani.
Saya anak bungsu dari 4 (empat) orang bersaudara, tetapi sejak usia 5 (lima) tahun (pada tahun 1941), saya hidup bersama paman saya (suami dari bibi saya : Bapak Kartowidjojo). Beliau tidak dikaruniai putera. Karenanya Beliau mengangkat saya sebagai anaknya. Beliau bekerja sebagai Anggota Polisi sampai dengan pensiun tahun 1954 dengan pangkat Ajun Inspektur.
Beliau meninggal tahun 1959 saat saya mengikuti pendidikan Asisten Akuntan (tugas belajar dari Djawatan Kereta Api – DKA).
Beberapa bulan setelah Proklamasi Kemerdekaan (saat usia saya 9 tahun, kelas 2 SD), saat Belanda kembali menduduki Kota Bandung, Bapak sekeluarga memilih mengungsi (evakuasi) ke Kutoarjo, kota kelahiran Bapak.
Tahun 1945/1946, kami tinggal di Gombong karena Bapak bergabung/menjadi Anggota Badan Perjuangan Republik Indonesia (BPRI), dan tahun 1946/1947 kami tinggal di Purwakerto karena Bapak diterima bekerja sebagai Anggota Polisi Tentara Republik Indonesia (PT-RI) dengan pangkat Sersan. Bapak ditempatkan sebagai Anggota Intel Polisi Tentara di Markas Batalyon Purwokerto di bawah pimpinan (Dan-Yon) Bapak Mayor Warsito.
Saat Purwokerto diserang oleh Tentara Belanda, kami meninggalkan Purwokerto melalui jalan darat/dengan berjalan kaki menuju Kota Karanganyar yang belum diduduki Tentara Belanda. Perjalanan dari Purwokerto menuju Karanganyar dilakukan dengan sembunyi-sembunyi melalui daerah yang sudah dikuasai Belanda. Perjalanan kami kadang-kadang siang, kadang-kadang malam, kadang-kadang menginap dahulu di rumah penduduk. Rute yang dilalui adalah Purwokerto – Kalibagor (melewati perkam-pungan), menuju Sempor (melewati hutan), menuju Puring (melewati perkampungan, malam hari melintasi Kota Gombong). Beberapa hari bersembunyi di rumah penduduk di Puring. Suatu malam berangkat menuju Karanganyar (sembunyi-sembunyi). Akhirnya dari Karanganyar yang masih dikuasai oleh Pemerintah Republik Indonesia, melanjutkan perjalanan menuju Yogyakarta dengan Kereta Api.
Setelah beberapa hari di Yogyakarta, kami berangkat lagi mengikuti Bapak yang akan bertugas di Banjarnegara, ibu kota Kabupaten Banjarnegara yang masih dikuasai Pemerintah RI. Di Banjarnegara Bapak ditempatkan di Markas Batalyon dibawah pimpinan (Dan Yon) Bapak Mayor MJ. Prayoga.
Kota Banjarnegara merupakan daerah demarkasi yang berbatasan langsung dengan daerah yang sudah diduduki Tentara Belanda (kota kecil Mantrianom). Kurang lebih satu tahun kemudian, Banjarnegara diserang Belanda. Kami tinggalkan kota ini menuju Karanganyar (lagi) yang saat itu juga masih bebas/belum diduduki Tentara Belanda.
Perjalanan Banjarnegara – Karanganyar dilalui dengan berjalan kaki seharian penuh dari waktu Subuh hingga menjelang saat Maghrib menyeberangi kali Luk Ulo beberapa kali karena sungainya berliku-liku. Saat itu saya berusia 9 tahun. Esok harinya, dari Karanganyar kami berangkat menuju Yogyakarta dengan menumpang Kereta Api. Dan akhirnya setelah ada pengakuan atas kemerdekaan Indonesia oleh pihak Belanda dan dunia internasional, maka Bapak sekeluarga kembali ke Bandung (sekitar tahun 1950).
Selain pengalaman masa kecil yang cukup panjang, yang menyiratkan adanya nuansa dan semangat perjuangan, ada 3 (tiga) peristiwa yang cukup penting, yang melengkapi/memperkaya pengalaman itu.
Pertama, saat berada di Purwokerto (kelas 2 SD), saya sempat ikut berdesakan untuk mendapatkan tempat strategis di depan panggung dalam suatu “rapat raksasa” untuk menyambut dan mendengarkan pidato Bung Karno yang berapi-api membakar semangat-juang rakyat menghadapi Tentara Belanda.
Di sela-sela pidatonya, Bung Karno menyampaikan rasa syukur dan gembiranya menyambut kelahiran puteri pertamanya yang diberinya nama Megawati Soekarno-puteri.
Kedua, saat saya berada di Banjarnegara, saya (kelas 4 SD) juga ikut berdesak-desakan mencari tempat strategis di depan panggung dalam suatu “rapat raksasa” mendengarkan pidato 3 (tiga) orang tokoh nasional : Bung Hatta, Bung Sahrir, dan Bung Natsir. Saya sangat antusias dan menikmati pidato politik para tokoh puncak dari negara kita yang kala itu masih muda-muda.
Yang dibahas antara lain yang utama mengenai pemberontakan PKI (Partai Komunis Indonesia) di Madiun yang waktu itu baru saja berhasil ditumpas.
Ketiga, saat saya masih berada di Banjarnegara itu pula, pada suatu hari saya membolos tidak masuk sekolah. Saya sendirian pergi ke Stasiun Kerata Api Banjarnegara karena ingin ikut menyaksikan kedatangan Panglima Besar Jenderal Sudirman. Saya sempat menyaksikan dari jarak sangat dekat. Beliau memeriksa barisan kehormatan. Mengenakan pakaian sangat sederhana, tanpa tanda jasa dan tanda kebesaran. Kendati terlihat kurus, Beliau berjalan tegap dengan sorot mata yang tajam memeriksa satu persatu anggota barisan kehormatan yang menyambutnya segera setelah Beliau turun dari Kereta Api.
Kehadirannya (kalau tidak salah) dimaksudkan untuk menyaksikan keadaan tawanan  PKI (yang jumlahnya sangat banyak, dibariskan di Alun-alun Banjarnegara). Saya sendiri ikut menyaksikan karena sekolah tempat saya belajar berlokasi di Kompleks Kantor Kabupaten Banjarnegara.  Yang menjabat Bupati saat itu adalah Bapak Sumitro Kolopaking.
Demikianlah pengalaman masa kecil saya diliputi semangat dan nuansa perjuangan. Pengalaman sebagai anak intel dalam upaya menghindari kejaran Tentara Belanda yang telah memaksa menapaki hutan belukar dan naik-turun gunung, telah membuat diri ini menjadi kuat dan tegar. Bersamaan dengan itu, ini berarti, alhamdulillah secara kejiwaan, alam bawah sadar saya sempat menyerap berbagai informasi dari “hutan belantara” perpolitikan Indonesia pada masa-masa awal kemerdekaan itu. Kondisi itu telah menuntun saya kepada kemampuan menengarai berbagai pemahaman dan amalan politik bangsa, mana yang asli dan mana yang asing, mana yang masih murni dan mana yang sudah tercemar.
Dan pengalaman masa kecil seperti itulah yang kemudian menjelang masa remaja dan seterusnya saat dewasa, memotivasi saya untuk terus-menerus menjadi pemerhati kehidupan perpolitikan Indonesia.
Dan akhirnya, dengan pertolongan Allah SWT, kemampuan itu telah bermuara kepada hadirnya buku berjudul “Menuju Kejayaan Indonesia” (versi lengkap, versi Intisari, dan versi Saripati) yang sebenarnya sangat fundamental dan monumental bagi Bangsa Indonesia. Namun sayang, setelah 12 tahun berlalu (2002-2014) karena kenetralannya dalam bersikap telah terpaksa mengkritisi semua pihak yang dinilai bermasalah, baik Orde Lama, Orde Baru, maupun “Orde Reformasi”. Kondisi buku seperti itu telah membuat elite politik pendukung ketiga orde itu tidak nyaman terhadap kehadiran buku MKI tersebut. Karenanya mereka cenderung “cuek”, tidak bereaksi. Mereka memilih terus “berjuang” dalam perebutan kekuasaan yang sudah menjadi lazim berlangsung tanpa etika politik dan tanpa moral politik.
Dalam perkembangannya, kondisi politik terus memburuk dan mencapai klimaksnya pada Pilpres (Pemilihan Presiden) 2014 yang lalu. Pilpres langsung oleh rakyat yang hasilnya membuyarkan harapan semua warga bangsa akan hadirnya pemerintahan yang bersih, kuat dan berwibawa.
Dalam kondisi perpolitikan seperti itu, kini tiba saat yang sangat kondusif bagi buku berjudul “Menuju Kejayaan Indonesia” untuk “go-public” lewat internet, akun blog : menujukejayaanindonesia.blogspot.com
Rupanya pertolongan Allah SWT telah tiba. Secara bertahap, Ruh dan Jiwa Pancasila akan hadir kembali menyelinap ke dalam dan menetap di dalam relung hati setiap warga bangsa yang merindukannya. Dan kita semua akan mampu memahami Pancasila dan Demokrasi Indonesia secara benar. Inilah jalan lurus menuju Kejayaan Indonesia, Insya Allah.
Semoga lindungan Allah SWT. melindungi kita seluruh warga Bangsa Indonesia, Amiin.

Bandung, 25 Februari 2015



Sujoko






Tidak ada komentar:

Posting Komentar